Hampir setengah jam ku tercenung di depan layar kecil ini..
Yang nampak hanya kursor hitam yang sedari tadi berkedip di sudut kiri atas kotak putih ini..
Otakku blank, tak ada yang mampu ku tulis, pun hanya sebuah kalimat..
Entah kenapa akhir-akhir ini kepala ku dipenuhi sosok itu, bapak..
Sekian tahun ku hidup dan besar di tangan seorang ibu..
Limpahan kasih sayang darinya dan kakak-kakakku membuatku lupa bahwa aku tak punya bapak..
Entah kenapa baru kali ini ku merasa kehilangan lagi, sejak kepergiannya belasan tahun lalu, saat aku belum tahu apa-apa..
Kata kalian yang baru kehilangan bapak, kalian merindukannya..
Namun, aku bahkan tak tahu cara merindukan seorang bapak, apa yang aku harus rindukan darinya?
Aku tak paham..
Kalian katakan, sejak kepergiannya kalian butuh figure seorang bapak..
Bahkan bagaimana rasa memiliki bapak pun aku tak tahu..
Bagiku, bapak hanya ingatan masa kecil ku.. selebihnya, tak ada..
Ku coba mengingat tentangnya.. namun tak sedikitpun ku rasakan apa-apa..
Seperti apa rasanya di cintai bapak?
Bagaimana rasanya dilindungi bapak?
Senangkah dalam pangkuan bapak?
Apa rasanya di gendong seorang bapak?
Tak pernah terfikir oleh ku untuk membayangkan semua itu..
Bagiku, yang memiliki bapak hanya orang lain, aku memang di takdirkan hidup tanpa dia..
Mungkin karena Allah lebih sayang padanya, hingga menghendaki bapak lebih dekat padaNya..
Aku ingat ketika kecil, hatiku sangat iri melihat teman-teman sekolahku, yang sangat girang ketika pengumuman kenaikan kelas, yang datang menerima rapornya adalah bapak mereka..
Sementara aku, walau selalu meraih rengking pertama di kelas, namun harus puas dengan kedatangan tanteku menerima raporku..
Juga ketika teman-temanku di ganggu oleh teman yang lain yang nakal, mereka akan menangis dan berteriak pada teman yang nakal, akan melaporkan pada bapaknya, dan hal itu mampu membuat temanku yang nakal itu menciut nyalinya dan menghentikan kenakalannya..
Namun aku ? kepada siapa ku harus mengadu dengan semua kenakalan mereka? Pada siapa ku akan meminta tolong ketika ku mengalami kesulitan seperti ketika kelas 3 SD ku disuruh membuat prakarya dari kayu untuk di pahat menjadi ‘lepa-lepa’ (perahu), teman-temanku tak sedikitpun terbebani, karena di rumah mereka ada bapak yang mampu menyelesaikan semua urusannya dengan mudah.. namun aku, aku harus bersusah payah mencari kayu sendiri, memotong dengan tangan kecilku yang akhirnya berakhir penuh luka dan tertusuk kayu..
sejak kecil ku harus mampu menyelesaikan masalahku sendiri.. mengahadapi teman-teman laki-laki yang suka menarik kepang rambutku, tanpa menangis, aku tak suka menangis, karena jika kalian menangis, mungkin ada tangan bapak yang menyekanya.. Namun aku, dengan menangis, membuatku tanpak semakin lemah.. Dan akhirnya aku harus mampu mengusap air mataku sendiri..
Walau ketika sedihku tak mampu lagi ku bendung, akupun memilih sudut kamarku dan meringkuk menangis di sana dengan bantal di mulut agar tante dan nenek tak tahu aku sedih..
Bapak, entah apa yang harus ku tulis tentangnya.. tak ada kenangan.. tak ada cerita..
Bahkan ku tak tahu bagaimana rasanya memiliki bapak..
*********************************************
Aztriana, Makassar 060311, 18'35 (T_T)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar